Selasa, 31 Agustus 2010

Lomba Mobil Balap Mainan

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Sekarang hanya tersisa 4 orang dari 50 lebih peserta dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang peserta bernama Yuya. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Yuu lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak meragukan, bahkan meremehkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Yuu bangga dengan itu semua. Sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan !. Final kejuaraan mobil balap mainan telah dimulai. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Yuu meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan menadahkan tangan memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”.

Dor !!!. Tanda perlombaan telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahhaaa !!! akhirnya sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Yuu adalah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga yang dirasakan Yuu. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Yuu maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu disehkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam sesaat. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark.

ketua panitia itu melanjutkan , “Sepertinya, tak adil jika kau meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain !". Tapi Yuya menjawab dengan tersenyum " Aku, bukan memohon untuk memenangkan pertandingan ini. Yang aku lakukan hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar